Panji Nandiasa
1 min readFeb 1, 2022

--

Tahun-tahun Melunturkan Figur dalam Film

Di usia 30an awal ini, masih saja terjebak akan kefiguran.

2021 tahun kemarin saya terjebak menyebut-nyebut nama sutradara muda dalam media sosial saya. Rasa-rasanya situasi tersebut berangkat dari situasi selama pandemi, dan keputusan penting dari pihak mereka untuk menayangkan film panjang perdananya di layanan streaming.

Celakanya, “pengkultusan” ini saya lakukan bahkan sebelum menonton filmnya terlebih dahulu. Di luar bahwa ia berteman lama dengan terduga pelaku kekerasan seksual, rasanya hal ini cukup fatal dan membuat saya introspeksi dan unlearning.

Belakangan ini gue cukup shock dengan sikap figur lainnya yang juga seorang pembuat film. Jujur saya agak bermasalah dengan gaya dokumenter yang mereka buat yang kemudian banyak orang Sabang sampai Merauke juga mengikuti gaya tersebut. Tapi mereka termasuk yang paling lantang menghadang berbagai isu nasional, bahkan ketika yang benar bisa bikin film secara lebih layak mungkin luput untuk membuatnya. Belakangan kanal mereka juga memfasilitasi pembuat dokumenter muda untuk tayang di sana.

Sayang di sayang beberapa hari ini sikap terhadap kritik dan bagaimana yang bersangkutan menanggapi concern perempuan cukup memprihatinkan. Salah satu yang buat malas. Misalnya yang paling mutakhir:

https://twitter.com/Dandhy_Laksono/status/1488538112737542146?s=19

Saya kurang tahu apakah ya memang seperti ini, ya beliau ini. Atau apakah menjadi figur bagi dokumenter bisa buat orang jadi seperti ini? Tapi misal beliau sendiri menyayangkan pembicaraan terhadap ekspedisi yang melebar, sayangnya concern yang hadir (tentang orang yang hari tersebut dibahas) pun dibawa melebar seolah-olah semua kritikan dan kekuatiran berniat menyerang dia.

--

--

Panji Nandiasa

Tulisan-tulisan impulsif dan reaktif. Catatan menjadi, dan pengingat tidak ingin jadi apa. Dapat didukung pada halaman karyakarsa.com/pnnji