Mundur Sejenak dan Menerima Diri
Mengikuti webinar kuliah luar negeri yang diselenggarakan oleh Yan’s Sister tempo lalu ada hal yang Fifa (narasumber webinar ini) bagikan dan terasa relate. Dalam hal yang ia share, sepotong ia ceritakan bagaimana Fifa jelang keberangkatannya menerima tawaran menjadi dosen di sebuah universitas swasta Malang. Lebih detail tentang ini, Fifa menyebut hal ini sebagai penerimaan diri.
Hal ini agak nyambung dengan saya pribadi. Dengan berbagai hal yang terjadi di tahun lalu, termasuk ketika di semester pertama saya kembali menjadi dosen paruh waktu. Singkat kata kemudian saya memutuskan untuk menerima diri untuk serius di academia, menjadi dosen.
Bila ditarik dari berbagai konteks, menjadi dosen sering kali dianggap sebagai jalan terakhir. Sebuah jalan yang memberikan jaminan karena kebutuhan akan pendidikan akan selalu ada. Di sisi lain anggapan seperti ini juga membuat banyak orang, masih ingin berusaha menjadi independen, masih ingin berkarya di luar. Membuktikan mereka masih bisa mencari uang dengan kemampuan dan network yang dimiliki.
Bagi saya pribadi, syukurnya masih ada kelonggaran di tahun-tahun yang telah lalu sehingga saya masih bisa push untuk membuat berbagai hal. Membuat sesuatu yang baru, yang mana hal tersebut juga membuka berbagai pintu baru.
Pun begitu, ada harga yang harus saya bayar baik secara materi, waktu dan sebagainya. Mungkin ada benarnya kata para praktisi usaha rintisan, “start up kalau sudah terlalu lama berjalan padahal ia tidak memberi yang sebanding yang bermain semata emosi”. Berbagai hal yang saya jalani 5 tahun belakangan, investasi perasaan yang dikorbankan juga cukup berat. Di sana ada intrik, berbagai pintu gerbang yang ditutup, penihilan, dan sebagainya. Saya pribadi cukup takut bagaimana saya melampiaskan hal ini ke depan dan pengaruhnya pada idealisme pribadi.
Menerima diri di academia adalah jalan untuk menyibukan diri dan rehat sejenak dari ini semua. Walau bukan jaminan semuanya terobati, dan bisa jadi saya perlu usaha lebih lagi untuk itu selain dengan mengajar.
Sebagaimana saya tulis “sejenak” di sini, saya masih memiliki berbagai mimpi dan bermaksud memulai hal-hal baru di bidang yang terkait. Ternyata saya juga belum bisa selesai (?).
Kata banyak orang, berada di akademi dengan tetek bengeknya sungguh menguras waktu dan tenaga yang sebenarnya bisa digunakan untuk hal lain dan sungguh-sungguh berkarya. Tapi, saya sudah melewatinya hal tersebut: coba membuat berbagai hal. Kini saya berada di akademi dan akan membuktikan di sini masih bisa berbuat sesuatu dan memulai lagi. Aah, dasar aku.