Menemukan diri dan belajar
Beberapa pekan lalu viral posting video tiktok yang menceritakan perjalanan seorang Ibu berusia 50 tahun yang baru saja selesai S1-nya.
Selengkapnya tweet tersebut di sini:
Singkat kata, Bu Risa telah selesai S2 Hukum, namun tetap perlu S1 agar dapat menjadi advokat. Hal-hal seperti ini rasanya merupakan hal yang selayaknya dinormalisasi di luar ada kebutuhan seperti Ibu Risa.
Bicara tentang kebudayaan dan pendidikan saja, rasanya akan sulit berharap anak-anak usia 17–20 tahun sudah tahu mau ke mana. Apa yang mereka minati, mengapa harus kuliah ini dan itu. Dari pengalaman pribadi saja (yang memang bukan untuk ditiru) saya masuk S1 Teknik Informatika sekadar masuk saja dan ketika bekerja baru menemukan diri di bidang kreatif dan kuliah S2 Pemasaran Kreatif. Cukup tersentak rasanya waktu mendengar seorang Kaprodi bicara di mimbar umum bahwa anak yang masuk film karena menghindari hitungan tidak bisa diharapkan apa-apa. Padahal, kembali lagi, memang berapa banyak sih yang sudah tahu mau ngapain di umur segitu?
Mengapa saya menyinggung soal kebudayaan, karena kebudayaan merupakan aspek penyokong yang sangat penting. Misalnya melalui bacaan dan tontonan, anak-anak kemudian paham apa yang mereka inginkan, mendapat contoh dari dunia di luar mereka akan prospek dan beragam karier. Sementara di Indonesia menonton saja dianggap sebagai kegiatan yang tidak penting dan buang-buang waktu. Masih ingat bagaimana perusahaan telekomunikasi menyalahkan netflix akan mahasiswa yang sedang belajar di rumah?
Mendampingi anak untuk menonton film untuk remaja lebih-lebih lagi bukan hal yang lazim dilakukan. Juga standard sensor yang perlu dikaji dan membuat banyak referensi yang baik baru dapat tertonton saat usia 18 tahun. Kita bahkan belum membicarakan aspek ekonomi yang mana makin membuat kegiatan kebudayaan ini semakin dipinggirkan.
Dunia kapitalis membuat kita terjepit yang mana memang sulit untuk membuat kondisi yang dicuit Tara Basro di atas terwujud secara ideal. Pun begitu, berbagai kebijakan dari berbagai pihak bisa dikeluarkan untuk menormalisasi belajar, memulai hal baru di usia “lanjut” dan juga mendukung banyak pihak menemukan diri sedini mungkin.