Member-only story

Memori Hari-hari Pemilihan Dekade 2010

Panji Nandiasa
2 min readAug 19, 2020

--

Tiap generasi punya memori kolektifnya sendiri. Misalnya saja dekade 2000 orang mengingat tubrukan pesawat WTC tahun 2001 yang menajamkan perspektif dunia akan Islam. Disebut memori kolektif karena ingatan ini dimiliki banyak orang dan biasanya secara langsung dan tidak, berpengaruh pada diri mereka.

Lepas dari dekade 2010-an, ada ingatan yang rasanya sulit untuk saya lepaskan begitu saja. Apapun kejadian di saat ini membuat saya teringat akan hari-hari tersebut. Memori tersebut adalah tentang pemilihan umum dekade 2010.

Apa yang saya lihat dan rasakan pada masa itu rasanya seperti sebuah horor. Masyarakat yang terpolarisasi, benar-salah yang dibuat seolah menjadi hal yang rigid, berbuah fanatisme pada sosok. Sulit untuk berharap akan pemikiran yang logis, tidak berstandar ganda, dengan mengedepankan prinsip yang jelas. Semua hanya berdasarkan ketokohan dan fanatisme buta yang dengan secara rapi disusun dan dirancang oleh otak intelektual.

Lalu apa yang didapat selepas ribut-ribut masa itu? Ya, kalau mau dicari-cari sih juga ada. Tapi output yang ada belakangan seperti tidak ada kemajuan dari sisi demokrasi atau pun ekonomi secara khusus. Kini saat pandemi industri kreatif terseok-seok mengandalkan kreativitas dan tenaga sendiri.

Bagi para pekerja kreatif sendiri, sebenarnya saya coba memahami bagaimana mereka telah lama diabaikan. Ketika muncul sosok yang memberikan harapan, maka terhanyut mereka. Terlalu berapi-api membela, padahal mungkin hanya didekati dengan tujuan dijadikan juri kampanye gratis saja.

Segala memori seputar pemilihan ini terus tertinggal di kepala dan terus muncul ketika kejadian buruk muncul ke permukaan. Apa sebenarnya yang kita bela, dan untuk apa?

Belajar dari sana, saya hanya bisa berusaha dan berharap jadi insan yang mandiri. Untuk bisa jalan sendiri dan tidak membungkuk pada pemberi harapan. Menjadi mandiri dan bermartabat.

--

--

Panji Nandiasa
Panji Nandiasa

Written by Panji Nandiasa

Tulisan-tulisan impulsif dan reaktif. Catatan menjadi, dan pengingat tidak ingin jadi apa. Dapat didukung pada halaman karyakarsa.com/pnnji

No responses yet