Masih terlalu kecil, masih bukan apa-apa
Apa yang ada di sekitar saya, orang-orang di mana saya dibesarkan membuat saya saya sadar bahwa saya belum apa-apa. Contohnya ketika tahun 2016, salah satu Oom meninggal. Ketika ia meninggal, ia telah menjadi pribadi sukses, dengan jalur akademis yang sangat baik, menjadi suami yang baik, meninggalkan keluarganya hingga cucu-cucunya dengan baik. Meningatkan saya saat itu, merenung seharian, bahwa yang saya lakukan tidak lebih dari sekadar masturbasi. Hero-hero yang tidak perlu dan mencemari lingkungan.
Ketika orang memuji, atau menyebut saya sebagai idola, mungkin sebagian orang akan merasa reaksi saya pereuz, seperti sedang humblebrag atau semacamnya. Namun saya (kalau sedang ingin menjawab) akan merespon bahwa yang saya lakukan masih kecil sekali. Belum apa-apa, masih seperti buih di tengah lautan. Again, masih seperti masturbasi hero-hero ketinggalan kereta.
“Kamu sadar gak sih websitemu pernah dipresentasikan sama sineas?”
Yang juga membuat saya semakin sadar dan merasa tidak perlu membesar-besarkan hal yang saya bikin, saya juga sadar bagaimana pikiran banyak orang terhadap saya. Saya juga sadar masih terlalu cetek, dan apa yang dilakukan dianggap aneh dan langsung diprasangkakan nambah follower media sosial dengan membeli follower, padahal orang-orang yang berprasangka ini mengikuti saya sejak lama. Di lain pihak, ada juga yang kemudian merasa aneh ketika pribadi-pribadi berkualitas mau-maunya bekerja dengan saya.
Jadi..
Sudah, cukup. Saya tidak perlu disebut idola, karena saya selama ini telah dibuat sadar ada di mana saya. Saya masih perlu berbenah. Terima kasih.