Member-only story
Legitimasi Narasi Tunggal
Gue cukup menyayangkan posting media sosial hari ini dari sebuah program studi di sebuah instansi pendidikan yang melegitimasi narasi tunggal akan sebuah kejadian hari ini beberapa puluh tahun lalu. Oke, kalau semata memperingati Hari Kesaktian Pancasila saya masih bisa maklum, namun headline dan caption yang dibuat benar-benar spesifik
Seperti yang kita tahu, peristiwa tersebut telah banyak dipertanyakan tentang detail peristiwanya, motif-motifnya dan banyak lagi yang dapat dicari melalui berbagai sumber sejarah baik penelusuran ilmiah hal-hal lain. Posting dari sebuah instansi pendidikan tersebut rasa-rasanya menihilkan nilai universitas sebagai wadah intelektual, tempat berbagai pemikiran dan pencarian akan sintesis bagi para civitasnya.
Belum lagi fakultas tersebut sebenarnya fakultas yang mengajarkan beberapa mata kuliah khusus tentang pencegahan konflik sebelum menyiarkan sesuatu pada masyarakat. Yang artinya banyak aspek yang harus dipertimbangkan, seperti persepsi audiens dan berbagai perang pendapat yang dapat terjadi di kolom komentar.
Kurang paham, apakah memang seperti inikah gambaran institusi pendidikan di Indonesia? Sementara saya saat ini masih membayangkan apakah bisa membuat tulisan-tulisan akademis membahas pemerintahan, seperti yang artikelnya saya bagikan pada posting sebelum ini.