Jualan film tersulit adalah di..
Pertama kali jadi, film akan hadir pada wadah ekshibisi komersial atau pemutaran reguler di bioskop seperti yang biasa kita sudah akrab selama ini. Tayang di bioskop, film mengalami evaluasi harian; hari pertama ramai, film akan lanjut ke hari-hari selanjutnya. Bisa dibilang biasanya film tayang di bioskop kira-kira sampai satu pekan. Dua pekan, tiga pekan, atau sampai satu bulan kalau performanya sangat bagus, itu pun layarnya sudah dikurangi karena harus bergantian dengan film lain.
Dengan adanya teknologi seperti layanan streaming yang semakin ramai ada Netflix, VIU, IFLIX dan sebagainya, belum lagi yang ilegal sekarang yang mana dengan ekonomi masyarakat banyak yang masih terbatas membuat nonton di bioskop masih menjadi pilihan nomor sekian dan budayanya tidak masif, menjual kursi untuk pertunjukan bioskop, adalah hal paling sulit saat ini dibanding menonton di layanan-layanan lainnya. Film di Netflix tidak tertonton hari ini, kita toh bisa tonton di hari lain, pihak marketing tinggal menentukan promo yang pas untuk dapat memperkenalkan film-film yang ada pada platform. Lagipula pengguna sudah bayar biaya langganan bulanan; kalau tidak nonton ya, yang rugi pengguna, bukan pemilik platform. Beda dengan jualan film di ekshibisi (reguler) yang punya waktu launching tertentu, dengan batasan-batasannya.
CMO tempat saya bekerja dulu pernah berkata “kita tidak dapat mengganti waktu, tenaga, ongkos yang keluar atas kursi-kursi yang kosong.” oleh karenanya pemasaran di ekshibisi (reguler) atau malah festival film harus disiapkan sebaik mungkin karena di sanalah jualan film yang paling sulit saat ini.