Generasi Penantang Diagram Maslow
Maslow yang waktu itu masih mahasiswa psikologi berusia 22 tahun berkeliling untuk mencari apa yang memotivasi manusia. Dari sana ia kemudian merumuskan sebuah diagram atau piramida yang kini dikenal sebagai Piramida Maslow.
Piramida ini terdiri dari lima tahap yaitu yang paling dasar kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar seperti makan-minum, tidur, seks, lalu selanjutnya lebih dari itu yaitu kebutuhan keamanan, ketiga kebutuhan dicintai seperti memiliki hubungan romantis atau pertemanan, keempat kebutuhan akan penghargaan. Paling atas atau terakhir yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kenapa bentuknya piramida? Karena menurut Maslow semakin ke atas akan semakin sulit dan sedikit yang mencapainya.
Belakangan teori Maslow dengan piramidanya seperti terkoreksi dengan sendirinya. Didorong media sosial yang mendukung konsep The Society of the Spectacle atau masyarakat tontonan yang ingin menonton dan ditonton. Implikasinya kemudian, kebutuhan akan aktualisasi diri muncul duluan. Stand out from the crowd. Tampil, dihargai, dan dikenal banyak orang coba diraih banyak orang terlepas bahwa kebutuhan dasar seringnya masih belum terpenuhi.
Pemenuhan terhadap ego seperti ini, sering dianggap bagian dari personal branding. Pembentukan citra diri sering kali berbentuk perilaku konsumtif atau (ditambah) juga mengorbankan penghasilan stabil dengan harapan bahwa hasil dari aktualisasi diri akan membayar segala ongkos yang keluar. Kalaupun dompet cekak, yang penting ego dikasih makan suatu saat semua ini akan ada penggantinya.
Sayangnya, kenyataan sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seringnya orang terbentur dengan realita bahwa hidup perlu uang, tidak peduli citra diri melejit atau tidak. Sering terjadi di kota-kota besar.
Gawatnya apabila orangnya sendiri sebenarnya belum punya modal yang cukup misal dalam bentuk pengalaman yang cukup lama untuk membentuk citra diri. Merasa cukup pengalaman dan pengetahuan, setelah tidak terlalu lama keluar dari kerja kantoran untuk freelance dan melakukan personal branding di berbagai media sosial atas nama.. pencarian akan penghargaan, aktualiasi diri. Membuat banyak konten media sosial untuk mengundang reaksi (like, love, dst). Di sisi lain untuk memancing klien, bekerja dan lebih banyak orang untuk datang melihat kontennya, dirinya belum punya reputasi yang cukup untuk itu. Kalau sudah seperti itu, tinggal menunggu waktu agar realitas menghantam.
Oleh karenanya, kebutuhan akan ego idealnya dibarengi kebutuhan dasar yang terjamin. Tidak jarang atau malah seringnya, pemenuhan kebutuhan dasar sampai keamanan menunjang pengakuan dan penghargaan masyarakat untuk bisa kemudian mengaktualisasikan diri. Ketimbang keluar langsung aktualisasi diri saat pondasinya belum kuat. Aktualisasi gagal, penghasilan sulit didapat.