Film Ibukota, (luar) Daerah, dan Korona
Status mas Farid Gaban di Facebook perihal Kota, Desa, dan Corona mengingatkan saya akan satu sistem yang berjalan sebelum dan selama korona. Hal yang ada sekarang dari Sabang sampai Merauke dibuat semata untuk menopang kegiatan di perkotaan bukan untuk menopang masing-masing unit terkecil di tiap daerah.
Perbincangan dengan seorang teman yang sangat industri (Jakarta) sentris kemarin misalnya, mengingatkan bagaimana di perfilman Indonesia sebuah komisi yang dinamakan Komisi Film Daerah utamanya adalah untuk menopang industri di pusat. Hal ini dipaparkan melalui berbagai presentasi; Memperlancar industri di Jakarta untuk berkegiatan dan menggunakan sumber daya daerah untuk kepentingan industri. Sekilas tampaknya bagus, namun hasil dari komisi ini untuk mendorong majunya perfilman di daerah.. emm atau lebih baik kita sebut luar DKI masih perlu dipertanyakan. Apalagi kalau sudah jelas dinyatakan seperti itu. Bagaimana keberlangsungan industrinya dan bagaimana perfilman di masing-masing daerah bisa mandiri tanpa proyekan dari pusat masih harus dilihat lagi hasilnya.
Apabila komisi ini benar ingin memajukan perfilman di daerah-daerah, setelah ini rasanya visi dan misinya pun harus diubah bukan lagi mengutamakan kepentingan industri tapi membekali dan menyiapkan infrastruktur hulu ke hilir produksi para talenta dari daerah, menyiapkan ekonominya agar ketimpangan kesempatan bisa diatasi dan muncul sineas-sineas, pegiat perfilman yang mapan di daerah masing-masing.