Member-only story

Panji Nandiasa
1 min readSep 22, 2020

--

Budaya Anti Masukan

Gak tahu kenapa, mungkin karena tiba-tiba dikontak sama ybs, lalu hari ini timeline ramai soal budaya antikritik di antara filmmaker kita. Saya jadi ingin share ini.

Beberapa bulan lalu kami diajak kerjasama untuk jadi media bagi sebuah acara. Acara ini kemudian membagikan siaran persnya berjudul “(nama acara) (acara bertemakan) Pertama di Indonesia”. Siaran pers ini mungkin sudah ia sebar ke media-media lainnya, mungkin juga media-media lain gak ada pertanyaan atau masukan. Tapi karena saya sudah (merasa) kenal atau bertemu, saya info saja via WhatsApp memberikan input kalau sebenarnya acara dengan tema tersebut sudah ada yang pernah buat dan masih berlangsung.

Saya pribadi merasa pesan WA yang saya berikan biasa saja. Redaksinya persis seperti di atas. Namun orang media ini cukup defensif dalam menanggapi masukan “it’s just words, yang penting niat kami baik” kira-kira demikian kutipan bebasnya karena WA saya sudah terhapus pesan-pesannya (kalau pun masih ada, akan malas juga sih membaca kembali.) Selain beberapa balasan lainnya yang menunjukan beliau sangat mengambil hati apa yang saya infokan.

Sulit dipercaya saya harus memaparkan ini dan saya rasa kalau tulisan ini ada yang membaca juga pada mengerti bahwa antara intensi dan kebenaran adalah sesuatu yang berbeda. Apalagi kalau kita mengelola penyiaran. Sebagai pihak penyebar siaran pers agak membingungkan kalau ybs tidak menyadari hal tersebut. Lebih-lebih tidak mau dikritik.

Mungkin, ya, memang budaya antikritik atau manifestasi rasa frustasi membangun bisnis. Sebagaimana yang Gina S. Noer juga bagikan di twitter.

Asal tahu.

--

--

Panji Nandiasa
Panji Nandiasa

Written by Panji Nandiasa

Tulisan-tulisan impulsif dan reaktif. Catatan menjadi, dan pengingat tidak ingin jadi apa. Dapat didukung pada halaman karyakarsa.com/pnnji

No responses yet