Baggio: The Divine Ponytail — Cerita-cerita Melompat Seputar Karier Roberto Baggio

Panji Nandiasa
4 min readJun 22, 2021

Penggemar sepakbola terutama dari tahun 90-an tentu mengenal nama ini. Bagi penggemar timnas Italia, dia bagaikan Maradona-nya Italia, salah satu fantasista nomor 10 murni yang pernah dimiliki oleh Italia dan karena genetik dan juga sistem sepakbola modern, tidak akan lagi ada pemain seperti dirinya, bahkan di tanah kelahirannya sendiri. Pemain yang digadang-gadang menjadi penerus, sekaligus juga menyingkirkan tempatnya, seperti Del Piero dan Totti merupakan pemain berbeda walau tentu sebagai pemain yang lebih muda ada pengaruh kuat dari gaya Baggio bermain.

Baggio sebagai seorang fenomena, naik turun dalam berkarier dan juga konflik dengan berbagai pelatih coba dirangkum melalui film biopik Baggio: The Divine Ponytail yang diluncurkan Netflix 26 Mei lalu. Dalam durasi yang terbilang singkat yaitu 92 menit, Baggio: The Divine Ponytail menyorot beberapa hal penting yang mungkin saja dilewatkan oleh mereka yang mengikuti karier Baggio dan memahami seluk beluk kariernya.

Memerlukan Pemahaman Akan Konteks Karier Baggio

Ya, film ini merupakan film bagi mereka yang telah memahami sejarah dalam narasi besar yang sering diceritakan media. Film ini tidak menyorot bagaimana kepindahan Baggio ke Juventus dari Fiorentina memancing huru hara besar di Firenze, Italia, namun film ini menampilkan bagaimana pada tahun-tahun awal kariernya, ia lebih banyak berkutat dengan cidera saat pindah ke Fiorentina, pada saat itulah ia mulai mengenal Buddhisme. Di klub tersebut Baggio baru menampilkan kegemilangan pada dua tahun terakhir di sana dan menarik perhatian tim-tim besar, termasuk dipanggil ke timnas Italia. Dalam hal ini saya sendiri kemudian jadi paham akan amarah yang timbul saat Baggio pindah, hal yang sering diungkit di media ketika membicarakan rivalitas Juventus dan Fiorentina.

Tanpa memperlihatkan kepindahannya ke Juventus atau debutnya di timnas Italia, film pun langsung melompat ke beberapa titik penting, yaitu saat Baggio membela timnas Italia pada Piala Dunia 1994. Pada saat itu ia mencapai puncak kebintangannya baik di level klub saat membela Juventus dan juga level nasional. Baggio saat itu telah menginjak umur yang ke 27, usia yang disebut sebagai usia emas para atlet. Mengenai gagalnya Baggio mengeksekusi penalti…

--

--

Panji Nandiasa

Tulisan-tulisan impulsif dan reaktif. Catatan menjadi, dan pengingat tidak ingin jadi apa. Dapat didukung pada halaman karyakarsa.com/pnnji